Senin, 01 Juni 2015

URUTAN SURAT DAN AYAT AL-QUR'AN

URUTAN SURAT DAN AYAT AL-QUR’AN
staim muh taMAKALAH
Disusun Untuk  Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ULUMUL QUR’AN 2
Dosen Pengampu
Afiful Ihkwan, M.Pd.I
 













Kelompok 6
Disusun :
1.    Bahroji
2.    M. Zuhal
3.    Khoirul Aziz
staim muh ta4.    Hasim Ashari

 PAI - SEMESTER II


PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)
TULUNGAGUNG
MEI  2015

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.  Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)   Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan  makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3.    Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini .

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat  berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.




(PENYUSUN)
ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................        i
Kata Pengantar .....................................................................................................        ii
Daftar Isi  ..............................................................................................................        iii                    
BAB I         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ………………………………….........         1
B.      Rumusan Masalah ………………………………………...........         2
C.      Tujuan Masalah …………………………………………..........         2

BAB II       PEMBAHASAN
                     URUTAN AYAT DAN SURAT DALAM AL-QURAN
A.     Urutan ayat al-Qur’an tauqifi atau taufiqi  ……………….............           3
B.     Urutan surat Al-Qur’an tauqifi ataukah taufiqi …………................          5
C.     Pendapat ulama mengenai surat al-Anfal dan at-Taubah ................           8
D.     Pengertian tanqis dan hukum melakukannya …………….............           9

BAB III     PENUTUP
A.           Kesimpulan   ……………………………………………...........         11

DAFTAR PUSTAKA   ……………………………………………………………       12


 BAB I
PENDAHULUAN

A  A.   Latar Belakang Masalah
Al-Qur`an sebagai pedoman hidup yang pertama bagi ummat Islam yang bagi kaum Muslimin adalah kalamu-Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun. Dimana Ayat-ayatnya telah berintraksi dengan budaya dan perkembangan masyarakat yang dijumpainya. Kendati demikian, nilai-nilai yang diamanahkannya dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Dan kandungan pesan Ilahi yang disampaikan Nabi pada permulaan abad ke-7 itu, telah meletakkan baik untuk kehidupan individual dan sosial kaum mulimin dalam segala aspeknya. Bahkan, masyarakat muslim mangawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah Al-Qur`an, itulah sebabnya, Al-Qur`an berada tepat di jantung kepercayaan muslim. Lanjut dari pada itu setidaknya Al-Qur`an dapat difungsikan oleh Manusia di bumi ini, sebagai sumber ajaran dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad saw. dimana Al-Qur`an memberikan berbagai norma keagamaan sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang merupakan akhir dari perjalanan hidup meraka. Sebagai kitab suci al-Qur`an, sejak pewahyuannya hingga kini, telah mengarungi sejarah panjang selama empat belas abad lebih. Diawali dengan penerimaan pesan ketuhanan Al-Qur`an oleh Muhammad, kemudian penyampaiannya kepada generasi pertama Islam yang telah menghafalnya dan merekamnya secara tertulis, hingga stabilitas teks dan bacaannya yang mencapai kemajuan berarti pada abad ke-3 H dan abad ke- 4 H serta berkulminasi dengan penerbitan edisi standar al- Qur`an di Mesir pada 1342 H/1923, kitab suci kaum muslimin ini tetap menyimpan sejumlah hikmah dalam berbagai tahapan perjalan sejarahanya.
B.   Rumusan Masalah
     1. Apakah urutan Ayat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi ?
     2. Apakah urutan Surat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi ?
     3. Bagaimana penjelasan ulama tentang surat At-Taubah dan Al-Anfal ?
     4. Apa pengertian tanqis dan hukum melakukannya ?
C   C.   Tujuan Masalah
  1. Untuk Mengetahui urutan Ayat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi.
  2. Untuk Mengetahui urutan Surat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi.
  3. Untuk Mengetahui penjelasan ulama tentang surat At-Taubah dan Al- Anfal.
  4. Untuk Mengetahui pengertian tanqis dan hukum melakukannya.


 BAB II
PEMBAHASAN

A.   Urutan ayat Al-Qur’an itu tauqifi atau taufiqi
Al-Qur’an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang panjang maupun yang pendek. Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah surah dari Qur’an.Surah adalah sejumlah ayat Qur’an yang mempunyai permulaan dan kesudahan.Tertib atau urutan ayat-ayat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi, ketentuan  dari Rasulullah.[1]
            Sebagaian ulama meriwayatkan bahwa pendapat ini adalah ijma’
diantaranya :
1. Az-Zarkasi dalam Al-Burhan dan Abu Ja’far ibuz Zubair dalam Munasabah-nya, di mana ia mengatakan ; “ tertib ayat-ayat di dalam surah-surah itu berdasarkan tauqifi dari Rasullulah dan atas perintahnya,tanpa diperselihkan kaum muslimin” .                                                                                                 
2.  As-Suyuti telah memastikan hal itu, ia berkata : “ Ijma ‘ dan nas-nas yang serupa menegaskan, tertib ayat-ayat itu adalah taufiqi, tanpa di ragukan lagi.”

       Malaikat Jibril menurunkan beberapa ayat kepada Rasullullah dan menunjukan kepadanya kepadnya tempat di mana ayat-ayat itu harus diletakkan dalam surat atau ayat-ayat yang turun sebelumnya. Lalu Rasullullah memerintahkan kepada para penulis wahyu unutk menuliskannya ditempat tersebut. Ia mengatakan pada mereka: “ letakkanlah ayat-ayat ini pada surah yang didalamnya disebut begini dan begini, “ atau “ Letakkanlah ayat ini di tempat anu.”
Susunan dan penempatan ayat tersebut sebagimana yang disampaikan para sahabat kepada kita.
            Usman bin abil ‘As berkata: “ Aku tengah duduk di samping Rasullullah, tiba-tiba pandangannya mejadi tajam lalu kembali seperti semula. kemudian    
katanya, “ Jibril telah datang kepadaku dan memerintahkan agar aku meletakkan ayat ini di tempat anu dari surat ini :
¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs?  

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran “. (Q.S An-Nahl {16}:90)[2]
            Usman berhenti ketika mengumpulkan Qur’an pada tempat setiap ayat dari sebuah surah dalam Qur’an, sekalipun ayat itu telah di mansukh hukumnya, tanpa mengubahnya. Ini menunjukkan bahwa penulisan ayat dengan tertib seperti ini adalah tauqifi.[3]
            Terdapat sejumlah hadits yang menunjukan keutamaan beberapa dari surah-surah tertentu. Ini menunjukan bahwa tertib ayat-ayat bersifat tauqifi. Sebab jika tertibnya dapat diubah , tentunya ayat-ayat itu tidak didukung oleh hadits-hadits tersebut.
1.    Diriwayatkan dari Abu Darda’ dalam hadits marfu’ “ Barang Siapa hafal sepuluh ayat dari awal surah Kahfi, Allah akan melindunginya dari Dajjal. Dan dalam redaksi lain dikatakan : “ Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surah Kahfi.[4]
   Dengan demikian, tertib ayat-ayat al-Qur’an seperti yang ada dalam mushaf yang beredar di antara kita adalah tauqifi, tanpa diragukan lagi. Al-Suyuti, setelah menyebutkan hadis-hadis berkenaan dengan surah-surah tertentu mengemukakan: “Pembacaan surah-surah yang dilakukan Nabi di hadapan para sahabat itu menunjukkan bahwa tertib atau susunan ayat-ayatnya tauqifi. Sebab, para sahabat tidak akan menyusunnya dengan tertib yang berbeda dengan yang mereka dengar dari bacaan Nabi. Maka sampailah tertib ayat seperti demikian kepada tingkat mutawatir.
B.    Urutan surat Al-Qur’an itu tauqifi atau taufiqi


Pengertian Surat
            Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw selama Kurang lebih dua puluh tiga tahun itu, terdiri dari 114 surat, dan tiap-tiap surat terdiri dari sejumlah ayat yang bilanganya berbeda-beda.
            Secara etimologis, surat berarti “ manzila “ ( kedudukan), atau tempat yang tinggi. Surat Al-Qur’an dinamakan “surat” karena al Qur’an diturunkan dari tempat yang tinggi.
              An-Nabigah dalam syairnya mengatakan  :
اَلَمَ َتََرَ اَنّآا‍‍‍لّّّلّهَ َاعٌََْطَ كَ سُوْ رََةً.تَََرَى كٌلَّ مُلْكٍ دُوْنَهَا يَيَذ بَذَ بُ
 “ Tidakkah engkau mengetahui bahwa allah telah memberikan kedudukan yang tinggi kepadamu.Engkau mengetahui bahwa setiap kerajaan terguncang karenanya”
Sebagai ahli bahasa memberikan huruf hamzah pada sesudah huruf sin, sehingga harus dibaca سُؤْ رََة (surah), yang berarti potongan. Surat-surat al -Qur’an dinamakan “Su’rah” Karena surat-surat itu dipisahkan antar satu dengan surat lainnya.
            Secara terminologis, dimaksud dengan surat al-Qur’an ialah  “ Batasan surat ialah, al-Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang mempunyai pembuka dan penutup, dan paling sedikit terdiri dari tiga ayat”
( az-Zarkasyiy, 1391H.(1972M.):264.
              As-ٍٍSiyutiy memberikan pengertian surat sebagai berikut:
السُّوْ رَةُ الطَّ  ئِفَة اْلُمتََََرْ جَمَةُ بِا سْمٍ خَا صّ ٍتَوْ قِيْفًا                                                         
“ Surat ialah sekelompok (ayat-ayat al-Qur’an) yang dinamakan dengan nama tertentu secara tauqifi (ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya)”. (as-Siyutiy, 1925:53).
            Jika kedua pendapat tersebut digabungkan , maka dapatlah disimpulkan, bahwa yang dimaksudkan dengan surat ialah: bagian dari al-Qur’an yang terdiri dari beberapa ayat yang mempunyai pembuka dan penutup, dan dinamakan dengan namanya tertentu secara tauqifi (Petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya).[5]
            Susunan ayat dan surat dalam al-Qur’an adalah tauqifi (kententuan dari Allah) melalui Malaikat Jibril yang menunjukkan kepada Rasullullah tempat dimana ayat-ayat yang diturunkan sebelumnya. Kemudian Rasullullah memerintahkan pada para penulis wahyu untuk menuliskan di tempat-tempat sebagaimana yang ditunjukkan Jibril.[6]
            Al- Kirmani mengatakan , tertib surah seperti yang dikenal sekarang ini adalah sama dengan yang ada di lauhul mahfudz. Menurut tertib ini pula Rasullullah membacanya dihadapan malaikat Jibril pada bulan Ramadhan.[7]
              Para ulama berbeda pendapat mengenai susunan dan tertib surat-surat dalam mushaf.
1.    Sebagian ulama salaf berpendapat, bahwa susunan dan tertib surat-surat
      al-Qur’an  dalam Mushaf sebagaimana kita saksikan sekarang adalah tauqifi (atas petunjuk Allah dan RasulNya) dengan alas an sebagai berikut:
a)  Surat-surat HAWAMIM (Surat-surat yang diawali dengan “ HAMIM”) tersusun secara tertib, demikian pula surat-surat “TAWASIN” (surat-surat yang diawali dengan “ TA SIN”).
b) Surat-surat “MUSABBIHAT” (surat-surat yang diawali dengan “ SABBAHA” tidak tersusun dengan tertib, bahkan terpisah antara satu surat dengan surat lainnya. Letak surat “ Ta Sin Mim” ( asy –Syu’ara),     “Ta sin Mim” (al-Qasas) dan “Ta Sin Mim” (an-Naml) adalah terpisah , padahal surat “Ta Sin Mim” (al-Qasas) lebih pendek dari surat “ Ta Sin Mim” (an-Naml) ,Surat Al-Qasas terdiri dari 88 ayat, sedang surat                      an-Naml terdiri dari 93 ayat.[8]
Asy-Syihristaniy dalam tafsir, Mafatihul-Asrar, Ketika menafsirkan firman Allah: ôs)s9ur y7»oY÷s?#uä $Yèö7y z`ÏiB ÎT$sVyJø9$# tb#uäöà)ø9$#ur tLìÏàyèø9$# ÇÑÐÈ  
Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang[445] dan Al Quran yang agung”. (Q.S. Al-Hijr{15}:87).[9]
[445] Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Faatihah yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat yang panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah.[10]
            Penjelasan tersebut juga dijadikan sebagai alasan untuk memperkuat pendapat ulama salaf, bahwa susunan dan tertib surat-surat adalah tauqifi, bukan ijtihadiy.
2.    Sebagian ulama lainya berpendapat, bahwa susunan surat-surat al-Qur’an adalah Ijtihadiy ( hasil ijtihad para ulama). Mereka beralasan, karena terdapat perbedaan susunan surat-surat dalam empat mushaf, yaitu mushaf ‘Aliy bin Abi Talib, Mushaf Ubai bin Ka’b, Mushaf ‘Abdullah bin Mas’ud dan Mushaf ‘Abdullah bin ‘Abbas.
a)        ‘Aliy bin Abi Talib, menghimpun al-Qur’an setelah Rasullullah saw wafat. ia datang membawa mushaf al-Qur’an dengan seekor unta dan berkata: Inilah al-Qur’an yang saya himpun. Ia membagi mushaf al-Qur’an menjadi tujuh juz, yaitu: Juz al-Baqorah, juz Ali Imran, juz an-Nisa, juz al-Maidah, juz al-An’am, juz al-araf dan juz al-Anfal. Bagian-bagian itu diberi nama dengan lafat yang disebut pada permulaan tiap-tiap juz.
b)      Ubai bin Ka’b Mushafnya masih dipelihara di Basrah, di kampung “Qaryah al-Ansar” disimpan oleh Muhammad bin Abd al-Malik              al-Ansariy, Mushafnya antara lain : Fatihul- kitab, al-Baqarah, an-Nisa, Ali Imran, an-An’am dst.
c)      ‘Abdullah bin Mas’ud, Ibnu Nadim menjelaskan bahwa Fadl berkata: saya telah melihat susunan surat-surat al-Qur’an dalam Mushaf  ‘Abdullah bin Mas’ud dengan urutan seperti ini. Selanjutnya ibnu Nadim meriwayatkan bahwa Abu Syazan pernah menjelaskan bahwa menurut Ibnu Sirin, ‘Abdullah bin Mas’ud tidak menulis al- Mu’awwizatain dalam mushafnya dan tidak menulis fatihatul-Kitab. Ibnu Nadim selanjutnya menjelaskan : saya telah melihat beberapa mushaf yang penulisnya menyebutkan bahwa mushaf ini adalah mushaf Ibnu Ma’ud, tetapi sebagai naskah mushaf itu tidak sama. Saya juga telah melihat mushaf yang ditulis lebih dua ratus tahu yang lalu yang memuat Fatihatul-Kitab.
            Mushafnya antara lain : Al-Baqarah, an-Nisa’, Ali Imran, Sad, al-      An’am al-Maidah, Yunus, Bara’ah, dts.
d)     Mushaf ‘Abdullah bin Abbas (68H) terkenal sebagai Bapak Mufassir,  asy-Syihristaniy Muhammad bin Abdil-Karim (548H). telah mejelaskan susunan surat-suratnya dalam muqaddimah tafsir” Mafatihul-Asrar wa Masabihul –Abrar” (Ibrahim al-Ibyariy, 1974:71).[11]                                        
            Mushafnya antara lain : Iqra’ ,Nun, Wa ad-duha, al-muddasir, dts.
C.                       c.    Mengenai Surat Al-Anfal dan At-Taubah
Ada beberapa hadits mengenai surat al-anfal dan at-taubah
a)       Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Astah dari Ismail bin ‘Abbas dari Hibban bin Yahya dari Abu Muhammad al-Qurashi ia berkata berkata :
“ Usaman memerintahkan kepada para Sahabat agar mengurutkan surat-surat yang panjang-panjang. Kemudian ia menjadikan surat al-Anfal dan surat al-Taubah di dalam kelompok “ tujuh” dan surat yang ketujuh. Dan ia tidak memisahkan antara an-Anfal dan al-Taubah. dengah basmalah”
b)       Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, al-Tirmizi. Al-Nasa’i, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari abbas ia berkata : “ Aku berkata  kepada usman: Apakah yang mendorong engkau sengaja memasukan surat         al-Anfal padahal ia termasuk “ al-Masani” ( surat-surat yang dibawah 100 ayat jumlahnya) dan juga surat Bara’ah padahal ini termasuk “al-miun” (surat-surat yang terdiri dari lebih kurang 100 ayat jumlahnya). Kemudian engkau gabungkan kedua ayat ini dan tidak menulis antara kedua surat itu basmalah dan engkau letakkan keduanya didalam kelompok” tujuh surat yang panjang” . Maka Usman berkata “ Adalah Rasullullah turun kepadanya ( menerima) surat-surat yang mempunyai bilangan ayat yang berbeda. Maka apabila turun wahyu kepadanya , ia memanggil sebagai penulis wahyu, dengan pesan agar meraka meletakkan ayat-ayat ini  di dalam surat Nabi sebutkanlah nama suratnya ini dan itu” dan adalah surat al-Anfal itu termasuk fase permulaan dari surat-surat madaniyah, dan surat bara’ah termasuk surat yang akhir  turunya, sedang qisah yang ada padaq kedua surat itu serupa. Maka saya kira surat Bara’ah itu masih sebagian dari surat al-Anfal. Kemudian Nabi  wafat. Dan ia tidak menjelaskan kepada kami bahwa surat bara’ah itu sebagai dari surat al-Anfal. Karena itulah, saya gabuingkan keduanya, dan saya letakkan keduanya di dalam kelompak “ tujuh surat panjang”.[12] 
Kedua dalil tersebut hanya khusus untuk tiga surat saja, yakni surat al-Anfal , al-Taubah dan Yunus. Karena itu tidak biasa diterapkan untuk seluruh surat al-qur’an.[13] 

DD.  Pengertian Tanqis Al-Qur’an Dan Hukum Melakukannya
     1. Pengertian Tanqis
Tanqis berasal dari kata نقص ينقص تنقصا  yang artinya pengurangan.
Al- Qur’an adalah kitab Allah yang paling agung yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril kepada makhluk termulia yaitu Nabi Muhammad SAW., dan kepada umat termulia yang ditampilkan kepada manusia dengan penuturan dan kefasihan bahasa terbaik yaitu bahasa arab yang jelas.
Tanqis Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara tidak teratur.
Misalnya mencampurkan ayat yang berbeda dalam shalat yang di gabung. Contohnya : membaca ayat dengan terbalik, ayat 5 kemudian 4 kemudian 3 sampai seterusnya, meskipun bacanya benar tapi itu tidak boleh.
Atau misalnya mencampur potongan ayat satu dengan ayat lain di jadikan satu.
2. Hukum Melakukannya Hukumnya haram tidak diperbolehkan menurut jumhur ulama’. Diantara ulama’ yang memilih ini adalah Imam Nawawi.  Larangan bacaan Basmallah pada surat at-Taubah,  keasliannya sehingga selamat dari revisi (perubahan) baik berupa penambahan atau pengurang.[14] Tapi pembahasan tanqis dalam Al-Qur’an ada juga tanqis surah yang itu diperbolehkan. Contohnya baca surah Al-Fatihah dan An-Nas, lalu rokaat kedua baca Al-Fatihah lalu Al-Baqarah itu diperbolehkan. 

BAB III
PENUTUP
AA.  KESIMPULAN
1. Tertib atau urutan ayat-ayat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi dari nabi, antara lain Terdapat sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surah-surah.
2.  Tertib atau urutan surah-surah dalam al-qur’an terdapat 3 kelompok pendapat ulama yaitu : Tauqifi  dan ditangani langsung oleh Nabi sebagaimana diberitahukan oleh Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah. Ijtihad para sahabat,. Dan Sebagian surat tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat.
3. As-Suyuthi mengatakan tertib susunan surah Al-Qur’an itu tauqifi kecuali surah Al-Anfal dan At-Taubah.
4.  Tanqis berasal dari kata نقص ينقص تنقصا  yang artinya pengurangan.
Tanqis Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara tidak teratur.
Hukumnya haram, tidak boleh Menurut Jumhur ulama.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Mundziki,Imam.2003 Ringkasan Hadits Shahih Muslim .Pustaka Amani.
Al-Irfan fi,Manahil.Al-Zarqani. ulumul al-Qur’an , juz1.
Al-Qur’anul Karim,tafsir Per kata Tajwid Kode.alfatih.2012.Jakarta
Chana, Liliek .Dkk.2013 .ulumul al-qur’an dan pembelajaranya. Surabaya Kopertais Wilayah IV.
Gufron, Muhammad.Rahmawati.2013.Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah.  Sukses offset
http://www.fikihkontemporer.com/diakses pada Senin, 6 April 2015
Manna’ Khalil al-Qattan. Mudakir As.2011. Studi Ilmu-ilmu Qur’an.  Pustaka Litera Antar Nusa.
Wahid,Abdul ,Sa’ad.2011. Studi ulang ilmu al-Qur’an dan Ilmu Tafsir . Yogyakarta jilid 1.

                 









[1] Drs. Mudzakir As.Manna’ Khalil al-Qattan. “ Studi Ilmu-ilmu Qur’an “.  Pustaka Litera Antar        Nusa.2011. hlm.205
 [2] Al-Qur’anul Karim,Tafsir Per kata Tajwid Kode.al fatih.Jakarta.2012 hlm.277
[3] Drs. Mudzakir As.Manna’ Khalil al-Qattan. “ Studi Ilmu-ilmu Qur’an “.  Pustaka Litera Antar   Nusa.2011. hlm.206
[4] Imam Al-Mundziki” Ringkasan Hadits Shahih Muslim”Pustaka Amani.2003.bab.keutamaan surah   Al-Kahfi.2098.hal1251
[5] Prof.Drs.H.Sa’ad Abdul Wahid. “ Studi ulang ilmu al-Qur’an dan Ilmu Tafsir” jilid 1. Yagyakarta,2011. hlm.18
[6] Muhammad Gufron, M.Pd, Rahmawati, MA. “Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah”Sukses offset 2013. Hlm.8
[7] Muhammad Gufron, M.Pd, Rahmawati, MA. “Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah”.Sukses offset 2013. Hlm.8
[8] Prof.Drs.H.Sa’ad Abdul Wahid. “ Studi ulang ilmu al-Qur’an dan Ilmu Tafsir” jilid 1. Yagyakarta,2011. hlm.21
[9] Al-Qur’anul Karim,Tafsir Per kata Tajwid Kode.al fatih.Jakarta.2012 hlm.266
[10] Al-Qur’anul Karim,Tafsir Per kata Tajwid Kode.al fatih.Jakarta.2012 hlm.266
[11] Prof.Drs.H.Sa’ad Abdul Wahid. “ Studi ulang ilmu al-Qur’an dan Ilmu Tafsir” jilid 1. Yagyakarta,2011. hlm.23
 [12] Dra. Liliek Chana AW.M.Ag, H. Syaiful Hidayat, Lc.M.HI. ulumul al-qur’an dan pembelajaranya. Kopertais Wilayah IV Surabaya. 2013. Hlm.219
 [13] Al-Zarqani, Manahil al-Irfan fi” ulumul al-Qur’an, juz1, hlm.346-347



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar